Kehendak untuk berkuasa mendorong manusia untuk menjadi
subyek yang aktif di dalam menjalani hidup, sekaligus menjadi penafsir dunia
yang memberi makna (meaning) atasnya. Dengan kehendak untuk berkuasa, manusia
bisa menciptakan dan menata dunia. Dalam arti ini dunia adalah tempat yang bukan-manusia
(inhuman). Dunia menjadi bermakna karena manusia, dengan subyektivitas serta kemampuannya
menafsir, memberinya makna, dan menjadikannya manusiawi” (human).
Maka kehendakberkuasa adalah “afirmasi yang penuh suka cita pada hidup itu sendiri”.Hidup
memang tak bertujuan dan tak memiliki nilai. Namun manusia diminta untuk
menerima dan merayakannya sepenuh hati.
Menurut Porter, konsep kehendak berkuasa, yang dirumuskan
oleh Nietzsche, adalah sebuah simbol dari kegagalan manusia untuk memahami
hakekat terdalam dari realitas. Artinya pengetahuan manusia itu terbatas,
sehingga tak mampu untuk memahami dunia seutuhnya. Dalam konteks ini Nietzsche
kemudian menawarkan sebuah pemahaman yang lebih “puitis” tentang hakekat dunia
yang memang tak bisa sepenuhnya tertangkap oleh akal budi
manusia. Konsep kehendak untuk berkuasa tidak lahir dari penalaran rasional,
tetapi dari imajinasi manusia yang melihat dan tinggal di dalam dunia. Bisa dibilang
bahwa Nietzsche hendak melepaskan logos sebagai alat utama manusia untuk
memahami dunia, dan menawarkan penjelasan mitologis (mythological explanation )
yang lebih imajinatif, deskriptif, dan kaya di dalam memahami dunia. Akal budi (reason)
menyempitkan dunia, sementara imajinasi dan rasa menangkap kerumitannya, dan merayakannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar