Senin, 03 November 2014

Eksistensi Manusia; Perspektif Jean-Paul Sartre



Manusia dalam pandangan Sartre adalah “kebebasan”. Kebebasan yang dimaksud Sartre disini adalah kebebasan dalam memilih apa yang ingin ia ciptakan. Sehingga manusia bukanlah sesuatu yang lain, kecuali bahwa ia menciptakan dirinya sediri. Dengan menciptakan diri sendiri, maka ia adalah makhluk yang bereksistensi atau makhluk yang di identikkan dengan pilihannya, dengan keputusan dan kebebasannya.
Bagi Sartre, manusia tidaklah mempunyai esensi melainkan ia bereksistensi. Penolakan Sartre bahwa manusia tidak mempunyai esensi, karena jika manusia mempunyai esensi maka ia tidak mempunyai pilihan untuk berbuat sesuatu yang ia inginkan murni dari dirinya sendiri. Sartre menambahkan juga jika manusia mempunyai esensi maka manusia itu tidak bebas. Kebebasan itu absolut atau mutlak, tidak mempunyai batas lain daripada dirinya sendiri. Kodrat atau esensi akan ada, apabila manusia itu sudah tiada atau mati. Bagi Sartre manusia selalu dapat mengatakan “TIDAK” tentang ketentuan dia (K. Bertens:). Disinilah dapat kita ketahui penolakan Sartre bahwa manusia tidak mempunyai esensi merupakan cermin bahwa Sartre adalah seorang eksistensialis.
Lebih jauh lagi tentang eksistensi manusia sebagai makhluk bebas yang tak mempunyai esensi mengarahkan pada penolakan akan adanya Tuhan, sehingga posisi Sartre disini tidak mempercayai akan adanya Tuhan (atheis). Alasan yang membuat Sartre tidak mempercayai akan adanya Tuhan adalah karena manusia itu bebas. Seandainya Tuhan itu ada, maka manusia akan menjadi objek dengan kodrat tertentu, kebebasan akan dicabut dari eksistensi manusia. Ringkasnya, manusia itu bebas, maka Tuhan tidak ada.
Sebagai seorang filsuf, eksistensi manusia ala Sartre bukanlah bersifat amoral karena walaupun manusia itu bebas, bukan dalam artian ia lepas dari tanggung jawab atas kebebasannya, karena kebebasan yang ia miliki atau ia aplikasikan merupakan penderitaan. Bagi Sartre, kebebasan yang kita miliki sangat mengerikan sehingga selalu dibuntuti adanya pertanggung jawaban (James Garvey: 2010: 282). Pertanggung jawaban disinilah yang harus diingat oleh manusia sebagai makhluk bebas, agar dirinya tidak semena-mena dalam merealisasikan kebebasan yang ada dalam dirinya.
MANUSIA adalah makhluk yang tak mempunyai alasan mengapa ia Ada. Manusia adalah sosok yang tak pernah meminta untuk ada, namun faktanya ia tetap Ada. Maka hal itu tidak membebaskan diriku dari tanggungjawab terhadap diriku sendiri.
Sartre

26 Oktober 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar