Kamis, 02 Oktober 2014

Dialektika Rasa

Ada sebuah uangkapan dari tokoh psikoanalisa begini "Rasa bukanlah hal yang mudah ditangani secara ilmiah". Memang benar, akan tetapi sesuatu yang sulit diajangkau, metafisik, terkadang absurd dan absrtak tersebut dapat kita ketahui dengan jalan kritis-komunikasi yang telah dinyatakan oleh Jurgen Habermas. begitu pula dengan pernyataan Hegel, bahwa sejarah manusia tidak jauh dari dialektika, dimana didalamnya terdapat tesis-antitesis dan akhirnya menuju pada sintesis.
Rasa saya kira merupakan tesis, dimana ia akan bertemu dengan antetesis yaitu sebuah kebigungan, pertanyaan dan keingintahuan. Dimana pada akhirnya akan ditemukan sintesis berupa saling tahu atau saling memahami maksud dari perasaan atau rasa itu sendiri.
Ketika kita tinjau dari segi filsafatnya Plato, maka rasa sudah ada di dunia Idea. Untuk mengetahui hal tersebut (rasa) maka butuh dua cara yakni dengan Dialektika (dialog) dan Anamnesis (pencarian, dapat juga dilakukan dengan perenungan). Karena rasa ada pada setiap manusia, maka tak dapat ditepis jika rasa itu Being, walaupun kasat mata. 
Dari segi Materialisme, kita dapat memahami rasa dengan gerak-gerik badan. Maka tak sedikit kita temukan suatu perubahan entah itu tingkah laku atau pola pikir manusia berbeda dari sebelumnya ketika rasa yang ada dalam dirinya sudah memuncak.
02 Oktober 2014