Pertemuan yang tak disangka
Di sebuah kampus biru yang berbasis
kajiannya keislaman ada dua insan yang sama-sama memendam perasaan cinta suci
didalam hati terdalamnya. Sebut saja namanya Hasan Ahsan Maulana yang kerapkali
dipanggil Ahsan dan seorang wanita berkerudung yaitu Fatimah Zahrotus Sholihah
yang mendapat panggilan Fatimah. Tiada sangka tiada duga pandangan pertama
membuat diantaranya terjadi irisan pedang dimana hati keduanya terbuka dan
menyimpan kenangan yang membuat dokter cinta tak bisa mengambil isi dalam hati
tersebut,
akan tetapi dokter cinta hanya bisa menjahitnya dengan rapat, sehingga kenangan pandangan pertama tetap
abadi dalam keadaan tertutup dengan erat di dalamnya. Sebuah tragedi yang
banyak insan merasakannya.
Hari-hari yang mereka lalui hanyalah
merasakan irisan pedang itu dimana ketika mereka bertemu hanya senyum yang
menjadi sapaan hari-harinya. Ucap kata nada dalam percakapan mereka hanyalah
sebuah ucap kata yang biasa walaupun diantaranya saling merasa. Senyum merasa
tersiksa karena dibohongi oleh nada-nada ucap kata yang biasa, namun hati tetap
merasa bahwa ia tak bisa tersiksa atas tragedi realita.
Ucap kata nada-nada sapaan mereka
begitu indah terdengar, begitu dahsyat dirasa, begitu nikmat dicerna.
Fatimah : Assalamualaikum hai Ahsan … ?
Ahsan : Wa’alaikum salaam hai Fatmah.
Itulah ucap kata mereka setiap
harinya, walau terdengar biasa, namun hati tetap merasa.
Ketika
senyum yang merasa tersiksa dan dibohongi tanpa pikir panjang senyum melaporkan
kepada hati yang tak dapat dibohongi, tanpa pikir panjang pula hati segera
melapor kepada akal bagaimana sekiranya
akal segera berfikir untuk bisa mengolah hari-hari Ahsan agar menjadi
indah, dahsyat dan nikmat. Akal sudah mulai berfikir atas kebingungan yang menimpanya
sehingga ia merasa butuh sekali kepada nafsu yang berbudi baik untuk bisa
memotifasi Ahsan berucap kata yang jujur kepada Fatimah atas goresan hati
mereka yang menyimpan kenangan pertama.
Hari
senin adalah waktu masuk kuliyah dimulai, tepat jam 15:00 setelah perkuliahan
selesai Ahsan SMS kepeda
Fatimah:
Ahsan : Assalamualaikum Fatimah, dengan segala
kekurangan pada diri saya dan apa yang telah terkonsep, bolehkan saya meminta
kedatanganmu ditaman kampus tanpa seorang teman.
Fatimah : Wa’alaikum salaam Ahsan, dengan senang hati
saya bisa datang
tanpa seorang teman.
Ahsan : Syukron
katsiron yaa Fatimah.
Fatimah : Afwan
yaa Ahsan.
Ahsan
dengan seorang diri menunggu Fatimah ditaman kampus, 10 menit kemudian Fatimah datang
dan mereka saling menatap dalam keadaan bibir terbuka dua senti antara kiri dan
kanan(senyum). Entah mengapa senyum tak bisa terlepaskan toh walaupun mereka sama duduk diatas kursi. Terjadilah percakapan
diantara mereka:
Ahsan : Fatimah, saya minta maaf telah
memintamu datang
menemuiku disini.
Fatimah : Sungguh dalam hati saya tiada
satu kata-pun untuk menolak permintaanmu.
Ahsan : Jika memang yang engkau rasa
begitu, maka memang saatnya saya berkata jujur dihari ini.
Fatimah : Kata apa itu Ahsan? (dengan wajah
yang penuh senyum namun gugup).
Ahsan : Masihkah engkau mengingat
memori pertemuan pertama kita, dimana saat itu kita saling tebar senyum dengan
sapaan assalamuaikum dan jawaban wa’alaikum salaam.
Fatimah : Sungguh tiada ku lupa Ahsan.
Ahsan : Fatimah, jika waktu itu engkau
dapat membaca ucap kata hati-Ku, maka aku akan malu, dan jika engkau tak dapat
membacanya, maka aku akan tersiksa.
Fatimah : Kata apa itu Ahsan dalam hatimu?. Dengan
cukup kaget Fatimah bertanya seraya menatap wajah Ahsan.
Ahsan : Mata-ku saat pertama
memandangmu telah membuat hatiku tergores oleh pedang tatapan matamu, dan saat
itu pula aku merasa tak sanggup berbuat apa, selain terus-menerus senyum
kepadamu, walaupun itu berdosa bagiku telah membohongi senyumku dan lebih-lebih
telah membohongi-Mu.
Fatimah : Sebenarnya apa inti ucap katamu
itu Ahsan, Aku tak dapat memahaminya?
Ahsan : Jiwaku tersentuh aura keindahan
senyum-Mu, tutur kata-Mu, dan prilaku-Mu. Sehingga membuatku jatuh cinta
pada-Mu yaa Fatimah.
Fatimah : Awal-ku memandangmu, aura cinta
dan perasaan itu tak mau pergi meninggalkan-Ku, membuat-Ku gelisah, membuat-Ku
tersiksa, dan membuatku bingung dalam mencari jalan kebenaran perasaan-Ku. Dan
apa yang engkau rasa itu Ahsan adalah bagian pecahan kebingungan yang Aku
rasakan.
Ahsan : Jadi, apa engkau mengerti
tentang senyum-senyum kita?
Fatimah : Ia Ahsan, saya mengerti.
Ahsan dan Fatimah akhirnya menjalin
tali hubungan yang suci, hati ke hati sudah saling tahu. Sehingga hari-hari
mereka sudah tak ada kebohongan dibalik senyum yang tersiksa diantara mereka.
Namun saat itu pula hari-hari mereka selalu bersama, tugas kuliyah adalah tugas
mereka berdua walaupun bukan bagiannya, bagian Fatimah adalah bagiannya Ahsan
juga sebaliknya. Ketika mereka sedang bersama dan ketika itu pula suara adzan
terdengar maka mereka saling mengajak untuk melaksankan sholat ke masjid
berangkat bersama. Itulah hari-hari Ahsan dan Fatimah dalam kesehariannya.
Hari senin jam 19:00 Ahsan merasa
ingin sekali bertemu dengan Fatimah, maka pada saat itu pula Ahsan menelfon
Fatimah untuk bisa bertemu dengan senang hatu Fatimah mau atas ajakan Ahsan.
Tepat dibawah pohon yang rindang penuh dengan suasana mesra dan malu mereka
bertemu dan duduk bersama. Fatimah saya minta maaf sudah merepotkan-Mu mau atas
ajakanku, ucap Ahsan.
Tidak Ahsan, tiada kata yang membuat saya untuk menolak ajakan-Mu.
Ahsan : Fatimah, jika Aku boleh
berucap kata, Aku melihat hati-Ku dalam hati-Mu.
Fatimah : Ahsan, seberapa dalam kau
melihatnya?
Ahsan : Aku tak dapat melihatnya
Fatimah.
Fatimah : Lantas kenapa Ahsan?
Ahsan : Karena terlalu dalam,
sehingga membuatku tak dapat melihatnya.
Fatimah : Ahsan, Aku akan mengenang
kenangan malam ini. Walaupun suatu hari nanti Aku tak bersama-Mu.
Ahsan sangat bahagia mendengar nada-nada
ucap kata dari Fatimah, sehingga ia mendekat kepada Fatimah dan mencium keningnya dengan bacaan Bismillahirrohmanirrohiim (dengan nada
yang samar). Tatkala percakapan itu Fatimah meminta izin kepada Ahsan untuk pamit kembali ke
kos dan juga meminta Ahsan kembali ke kontrakannya.
Ahsan dan Fatimah kini kembali ke
tempat masing-masing, dengan ucapan assalamualaikum
dan jawaban wa’alaikum salaam dari
Fatimah tatkala mau berpisah dari pertemuan itu. Ahsan sangat bahagia bisa
memiliki Fatimah dan juga sebaliknya.
Ketika Fatimah hendak tidur ia tak
lupa menyalakan alarm agar dapat melaksanakan sholat tahajjud, tepat jam 01:30
alarm Fatimah berbunyi sehingga membuat Fatimah terbangun, namun sebelum
Fatimah hendak pergi ke kamar mendi untuk berwudlu’ ia tak lupa untuk
membangunkan Ahsan dengan menelfonnya agar juga bisa melaksanakan sholat
tahajjud bersama.
Ahsan terbangun ketika hanphonnya
berbunyi dan ketika ia lihat ternyata Fatimah yang menelfonnya, saat itu pula
Ahsan menjawab telfon Fatimah dengan ucapan wa’alaikum salaam yaa Fatimah,
karena Fatimah tak pernah lepas dari salam, entah itu bertemu dengan Ahsan dan
juga orang disekitarnya ataupun juga di telefon.
Setelah Fatimah menelfon Ahsan,
Ahsan-pun bangun dan mereka berdua melaksanakan sholat tahajjud. Se-usai sholat
tahajjud Ahsan mengambil al-Quran dan membacanya, setelah itu ia berdoa “Yaa Allah, kuatkanlah iman hamba, ampunilah
dosa hamba dan kedua orang tua hamba, limpahkanlah goresan cahayamu kepadaku
lewat ilmu-ilmu-Mu.
Fatimah-pun demikian tatkala selesai
melaksanakan sholat tahajjud ia-pun juga berdoa “Yaa Allah, kuatkan iman hamba, tambahkanlah iman hamba kepadamu,
jagalah hambamu ini dari perbuatan maksiat agar cahaya-Mu tetap mengalir
dijiwaku lewat ilmu-ilmu-Mu yang Ku pelajari.
Setelah Ahsan dan Fatimah selesai
melaksanakan ibadahnya ia-pun kembali ketempat tidurnya masing-masing, karena
besok masih ada panggilan Tuhan untuk melaksanakan sholat subuh.
Suara qori’ sudah berbunyi sebelum
adzan subuh dikumandangkan Fatimah sudah bangun dan ia tak pernah lupa untuk
mengajak Ahsan untuk beribadah, karena tempat Ahsan dan Fatimah tidak terlalu
jauh maka ia bersama-sama pergi kemasjid untuk melaksanakan sholat subuh
berjama’ah bersama.
Menuju pelaminan bahagia
Ahsan
dan Fatimah adalah mahasiswa kampus biru yang sama-sama mendaftar kuliyah pada
tahun yang sama maka lulus-pun bersama. Ketika semester mereka sudah menginjak
pada semester terakhir, maka saatnya sudah untuk menggarap skripsi, dan setelah
itu pula mereka melaksanakan wisuda bersama.
Disaat wisuda telah selesai dan
mereka berdua dinyatakan lulus dari kampus biru tak lepas niat Ahsan yang dulu
ketika menjalin hubungan saat masa-masa dimana keduanya masih menjadi
mahasiswa. Ahsan ingin melamar Fatimah untuk menjadi istri dan menjadi ibu dari
anak-anaknya.
Ketika tekat bulat Ahsan ingin
melamar Fatimah, ia tetap tidak lupa untuk ikhtiar berdoa kepada Allah dengan
melaksanakan sholat istikhoroh, karena sholat istikhoroh adalah jalan yang
tepat untuk menentukan pilihannya dalam menata hidup berumah tangga yang akan
ia hadapi kedepan. Setelah tiga hari ia melaksanakan sholat istikhoroh, dalam
tidur nyenyak Ahsan yang dalam keadaan berwudlu’ ia memimpi burung yang
berwajah Fatimah tergenggam oleh tangan kanannya.
Keesokan paginya Ahsan segera menemui
Fatimah dimana sudah ada janji diantara mereka untuk bertemu, ketika mereka
berdua sudah duduk diatas kursi khusus untuk dua orang, maka saat itu pula
Ahsan mengutarakan niatnya.
Ahsan : Fatimah, sudah lama kita terikat
oleh janji kita, sudah lama pula kita menjalin hubungan diam-diam ini, sudikah
kiranya jika aku melamarmu untuk menjadi milik-Ku selamanya.
Fatimah : Dengan hati yang penuh keikhlasan
saya bersedia dialamar-Mu yaa Ahsan.
Saat mendengar ucapan itu Ahsan
segera meminta izin untuk memberitahu kepada kedua orang tuanya. Sesampainya
dirumah Ahsan meminta ibu dan bapaknya untuk berbicara.
Ahsan : Ibu, Bapak, saya ingin meminta
restu kepada njenengan agar diperkenankan saya bisa memiliki seorang wanita
yang akan menjadi istri saya, dan meminta kepada bapak dan ibu agar melamarkan
Fatimah kepada orang tuanya.
Bapak : Naaak, bapak sangat setuju dan
akan merestui jika pilihanmu itu sudah sesuai dengan ajaran Islam, dan itu
sudah menjadi pilihan terbaikmu.
Ibu : Ibu juga setuju naak, jika
apa yang dibilang oleh bapakmu memang benar-benar begitu kenyataannya.
Mendengar ucapan kedua orang tuanya
Ahsan tanpa pikir panjang langsung melakukan sujud syukur atas kebahagiaan yang
diberikan oleh Allah kepadanya dan Ahsan langsung menciumi kaki kedua orang
tuanya.
Hari rabu tepat jam 19:00 Ahsan dan
keluarganya pergi kerumah Fatimah, sesampainya disana kedua orang tua Ahsan
mengutarakan niat silaturrahminya dan juga mengutarakan niat Ahsan untuk
melamar Fatimah dan akan menihanya.
Ayah dan ibu Fatimah : bagaimana naak, kamu siap dilamar?
Fatimah : Fatimah siap ayah, ibu, jika ibu
merestui hubungan kami (dengan menundak Fatimah berucap kata).
Hasan dan Fatimah kini merasakan
bahagia sekali karena sudah hubungan mereka direstui oleh kedua orang tua masing-masing.
Tepat hari kamis tanggal 17 Oktober 2011 mereka melaksanak akad pernikahan
dimasjid Ulul Albab Surabaya.
Setelah satu tahun setengah mereka
dikarunia dua anak kembar, mereka member nama Hasan dan Husein. Hasan adalah
kakak Husein dan Husein adalah adik Hasan. Namun setelah Hasan dan Husein berumus 15 tahun, Ahsan
dan Fatimah dikarunia anak kembar lagi akan tetapi kali ini sudah perempuan
yang mereka beri nama Husna dan Husni. Husna adalah kakak Husni dan Husni
adalah adik Husna. Keluarga Ahsan dan Fatimah sangat mawaddah warahmah.
by: Orang Kamar