Kehadiran
tulisan pendek ini ingin menjelaskan
mengapa kebenaran harus di tangguhkan atau mengapa kebenaran absolut itu tidak
ada dan sesuatu yang ada hanyalah kebeluman yang terus-menerus.
***
Sejatinya
kekuatan terbesar manusia adalah akal. Moralitas tanpa agama, akal dapat mewujudkannya.
Di sisi lain akal tidak hanya mampu mewujudkan moralitas (baik dan buruk) dalam
kehidupan manusia akan tetapi akal acapkali menakutkan pemiliknya. Ketidakselarasan
antara isi pokok pikiran dengan realitas sering kali mewujud delima yang cukup
besar.
Akal
berjalan tanpa ada batas tempuh atau titik final. Keunikannya terletak pada
sikap keragu-raguan yang tidak ada obatnya. Kesimpulan hanyalah tempat
istirahat akal yang sedang lelah. Hal ini tergambar jelas dalam album waktu
bernama sejarahnya manusia. Dokumentasi
hidup manusia tidak ada yang bersifat clear.
Realitas,
baik diri manusia sebagai individu dan sesuatu yang ada di luar dirinya
merupakan problem yang tak pernah usai, meskipun sudah banyak realitas yang di
sentuh dan ternamai (baca: di beri nama) bukan berarti sudah tidak ada lagi
realitas yang tersembunyi. Karena realitas pada dasarnya selalu menyimpan
sesuatu yang asing bagi manusia. Jika sesuatu yang asing itu belum pernah kita
jumpai, bukan berarti ia tidak ada. Sesuatu yang asing itu ada, namun masih
dalam pusaran waktu yang panjang untuk dapat di ungkap eksistensinya. Umur
manusia kurang memadai untuk menyingkap, mengungkap dan mencerabut banyaknya
mesteri yang ada pada/dalam realitas.
Akal
sebangai ciptaan Tuhan yang menjadi anugrah terbesar manusia tidak berada dalam
kondisi yang bisu. Proses atau cara nalarnya tidak dapat melepaskan bahasa
sebagai medium untuk terus melangkah dan menemukan sesuatu yang misteri dalam
realitas itu sendiri.
Secara
fundamental gerak laju akal tidak dapat di lepaskan dari bahasa. Kritik,
pernyataan dan pertanyaan serta kesimpulan yang dimunculkan oleh akal hadir
karena bahasa. Gerak-gerik akal itu memancarkan bahasa dan berhenti karena
keterbatasan bahasa.
Akal
itu tidak akan pernah bisu selama kata-kata yang akan menjadi bahasa sebagai
medium masih ada. Kebisuan akal hanyalah terletak pada keterbatasan kata-kata
untuk disatukan menjadi bahasa.
27 November 2015
Mohammad Ishak Maulana