Saya kira tidak perlu dan harus ada yang
namanya kesimpulan. Karena setiap kesimpulan akan selalu dihadapkan dengan
pertentangan-pertentangan.
Hidup ini memang harus dijalani. Namun kita
harus mempunyai arah dan tujuannya. Mau kemana dan mau apa menjadi pertanyaan
dalam drama eksistensial manusia itu sendiri. Sehingga, perlombaan untuk
menetaskan jawaban “mau kemana dan mau apa?” menjadi sangat sengit baik dalam
diri manusia itu sendiri dan manusia dengan manusia.
Mau kemana dan mau apa merupakan suatu
pertanyaan yang harus dijawab. Karena manusia adalah sosok yang selalu haus
akan sebuah jawaban dan kepastian. Dan inilah yang mengantarkannya pada sikap
saling membangun suatu gerakan dan kekuatan dalam setiap bangunan konsepnya. Walaupun
sebuah jawaban yang selalu di dambakan dan diharapkan tidak pernah ada dalam
kondisi final dan mutlak, melainkan atau dalam kondisi kesementaraan (sebagai
pegangan). Sehingga hidup manusia selalu diwarnai oleh tinta
pertentangan-pertentangan. Baik dari dan untuk dirinya sendiri atau pun dengan
orang lain.
Mau kemana dan mau apa? Tak sesederhana kita
mampu menjawabnya. Bunuh diri adalah perkara pertama yang dialami oleh manusia.
Artinya, posisi bunuh diri ini merupakan bunuh diri atas konsep yang dibangun
oleh nalar sebagai tesis awal dan dihancurkan tesis yang dibangun selanjutnya
atau kita mengenalnya dengan anti-tesis. Hal ini sangat wajar terjadi. Karena
sudah menjadi bagian dari hidup manusia itu sendiri.
Kewajaran ini akahirnya menjadi hal yang tidak
wajar. Mengapa? Karena semakin manusia mempersoalkan realitas baik
eksistensinya sendiri atau realitas secara umum akan menjadi bagian hidupnya
dalam posisi kecemasan dan kegelisahan sebuah eksistensi.
Kecemasan dan kegelisahan sebuah eksistensi
adalah semacam siksaan dari pertanyaan “mau kemana dan mau apa?”. Dalam arti
lain dapat dinayatakan demikian, kegelisahan dan kecemasan yang dialami oleh
manusia adalah posisinya yang mencoba memahami (Verstehen) realitas yang
penuh dengan misteri dan kekaburan.
Menyingkap dan menguliti serta menyoal
realitas adalah bahwa realitas itu perlu untuk diterangi.
“Mau kemana dan mau apa?” adalah pertanyaan
dimana manusia perlu untuk menjawabnya. Baik dari dirinya sendiri atau dari
sumbangsih orang lain.