Banyak orang mengira hidupnya tak akan bahagia tanpa
keramaian, kerumuan, berkelompok, geng, asosiasi dan berorganisasi. Dengan berkelompok
mereka kira hidupnya akan lebih terjamin tentang kebahagiaanya. Asosiasi atau
organisasi dimana didalamnya menopang suatu kekompakan atau solidaritas.
Padahal banyak diantara mereka yang hanya ikut-ikutan saja tanpa ada
pengetahuan atau alasan yang membawanya masuk kesana. Sehingga dalam diri
mereka yang ada “aku adalah dia, dia adalah aku dalam suatu kelompok” begitulah
yang dikatakan Kierkegaard sehingga dalam dirinya ada yang hilang yaitu
eksistensinya. Kierkegaard sendiri juga menyatakan bahwa keramaian, kerumuan,
asosiasi atau organisasi adalah penghambat kemajauan.
Jika manusia berada dalam suatu kelompok dan mereka
hanya ikut-ikutan, bisa-bisa mereka akan diperbudak oleh mereka yang tahu dan
pintar berpolitik mengaitkan atau memasukkan orang-orang kedalam kelompoknya,
maka tiada salahnya jika orang yang memasuki kelompok atau asosiasi itu keluar
dari kelompoknya karena “lebih baik terasingkan daripada hidup dalam
kemunafikan” Sho Hok Gie berkata.
Bagi mereka yang telah mengasingkan diri dan percaya
terhadap eksistensinya, maka ia akan menemukan jati dirinya telah melakukan
tindakan kebebasan dalam sebuah pilihan. Karena kebebasan sudah ada dalam diri
manusia serentak ketika manusia itu ada.
Memang keterasingan itu sangat menyakitkan bagi mereka
yang benar sungguh mengasingkan diri, tak sedikit cemooh, cela’an yang diketahui
bahkan yang tak diketahui, namun jika difikir lebih dalam bahwa keterasingan
itu adalah jalan menuju eksistensi kita sendiri, dengan berfikir tanpa ada
dorongan orang lain. Maka bagi mereka yang merasa terasingkan perlu sekali
nasehat dari bapak Eksistensialisme yaitu Kierkegaard berkata “Aku adalah yang
nyata, bahkan yang paling nyata”.
.......
Tidak ada komentar:
Posting Komentar