Minggu, 06 April 2014

“ Nasib Orang Kamar ”



Banyak orang mengira hidupnya tak akan bahagia tanpa keramaian, kerumuan, berkelompok, geng, asosiasi dan berorganisasi. Dengan berkelompok mereka kira hidupnya akan lebih terjamin tentang kebahagiaanya. Asosiasi atau organisasi dimana didalamnya menopang suatu kekompakan atau solidaritas. Padahal banyak diantara mereka yang hanya ikut-ikutan saja tanpa ada pengetahuan atau alasan yang membawanya masuk kesana. Sehingga dalam diri mereka yang ada “aku adalah dia, dia adalah aku dalam suatu kelompok” begitulah yang dikatakan Kierkegaard sehingga dalam dirinya ada yang hilang yaitu eksistensinya. Kierkegaard sendiri juga menyatakan bahwa keramaian, kerumuan, asosiasi atau organisasi adalah penghambat kemajauan.
Jika manusia berada dalam suatu kelompok dan mereka hanya ikut-ikutan, bisa-bisa mereka akan diperbudak oleh mereka yang tahu dan pintar berpolitik mengaitkan atau memasukkan orang-orang kedalam kelompoknya, maka tiada salahnya jika orang yang memasuki kelompok atau asosiasi itu keluar dari kelompoknya karena “lebih baik terasingkan daripada hidup dalam kemunafikan” Sho Hok Gie berkata.
Bagi mereka yang telah mengasingkan diri dan percaya terhadap eksistensinya, maka ia akan menemukan jati dirinya telah melakukan tindakan kebebasan dalam sebuah pilihan. Karena kebebasan sudah ada dalam diri manusia serentak ketika manusia itu ada.
Memang keterasingan itu sangat menyakitkan bagi mereka yang benar sungguh mengasingkan diri, tak sedikit cemooh, cela’an yang diketahui bahkan yang tak diketahui, namun jika difikir lebih dalam bahwa keterasingan itu adalah jalan menuju eksistensi kita sendiri, dengan berfikir tanpa ada dorongan orang lain. Maka bagi mereka yang merasa terasingkan perlu sekali nasehat dari bapak Eksistensialisme yaitu Kierkegaard berkata “Aku adalah yang nyata, bahkan yang paling nyata”.
.......

Tidak ada komentar:

Posting Komentar