Minggu, 06 April 2014

“Dua Insan yang dibalut kabut putih cinta dan kesetiaan”



Pertemuan yang tak disangka
Di sebuah kampus biru yang berbasis kajiannya keislaman ada dua insan yang sama-sama memendam perasaan cinta suci didalam hati terdalamnya. Sebut saja namanya Hasan Ahsan Maulana yang kerapkali dipanggil Ahsan dan seorang wanita berkerudung yaitu Fatimah Zahrotus Sholihah yang mendapat panggilan Fatimah. Tiada sangka tiada duga pandangan pertama membuat diantaranya terjadi irisan pedang dimana hati keduanya terbuka dan menyimpan kenangan yang membuat dokter cinta tak bisa mengambil isi dalam hati tersebut, akan tetapi dokter cinta hanya bisa menjahitnya dengan rapat,  sehingga kenangan pandangan pertama tetap abadi dalam keadaan tertutup dengan erat di dalamnya. Sebuah tragedi yang banyak insan merasakannya.
Hari-hari yang mereka lalui hanyalah merasakan irisan pedang itu dimana ketika mereka bertemu hanya senyum yang menjadi sapaan hari-harinya. Ucap kata nada dalam percakapan mereka hanyalah sebuah ucap kata yang biasa walaupun diantaranya saling merasa. Senyum merasa tersiksa karena dibohongi oleh nada-nada ucap kata yang biasa, namun hati tetap merasa bahwa ia tak bisa tersiksa atas tragedi realita.
Ucap kata nada-nada sapaan mereka begitu indah terdengar, begitu dahsyat dirasa, begitu nikmat dicerna.
Fatimah           : Assalamualaikum hai Ahsan … ?
Ahsan              : Wa’alaikum salaam hai Fatmah.
Itulah ucap kata mereka setiap harinya, walau terdengar biasa, namun hati tetap merasa.
            Ketika senyum yang merasa tersiksa dan dibohongi tanpa pikir panjang senyum melaporkan kepada hati yang tak dapat dibohongi, tanpa pikir panjang pula hati segera melapor kepada akal bagaimana sekiranya  akal segera berfikir untuk bisa mengolah hari-hari Ahsan agar menjadi indah, dahsyat dan nikmat. Akal sudah mulai berfikir atas kebingungan yang menimpanya sehingga ia merasa butuh sekali kepada nafsu yang berbudi baik untuk bisa memotifasi Ahsan berucap kata yang jujur kepada Fatimah atas goresan hati mereka yang menyimpan kenangan pertama.
            Hari senin adalah waktu masuk kuliyah dimulai, tepat jam 15:00 setelah perkuliahan selesai Ahsan SMS kepeda Fatimah:
Ahsan     : Assalamualaikum Fatimah, dengan segala kekurangan pada diri saya dan apa yang telah terkonsep, bolehkan saya meminta kedatanganmu ditaman kampus tanpa seorang teman.
Fatimah  : Wa’alaikum salaam Ahsan, dengan senang hati saya bisa datang tanpa seorang teman.
Ahsan     : Syukron katsiron yaa Fatimah.
Fatimah  : Afwan yaa Ahsan.
            Ahsan dengan seorang diri menunggu Fatimah ditaman kampus, 10 menit kemudian Fatimah datang dan mereka saling menatap dalam keadaan bibir terbuka dua senti antara kiri dan kanan(senyum). Entah mengapa senyum tak bisa terlepaskan toh walaupun mereka sama duduk diatas kursi. Terjadilah percakapan diantara mereka:
Ahsan                : Fatimah, saya minta maaf telah memintamu datang menemuiku disini.
Fatimah             : Sungguh dalam hati saya tiada satu kata-pun untuk menolak permintaanmu.
Ahsan                : Jika memang yang engkau rasa begitu, maka memang saatnya saya berkata jujur dihari ini.
Fatimah             : Kata apa itu Ahsan? (dengan wajah yang penuh senyum namun gugup).
Ahsan                : Masihkah engkau mengingat memori pertemuan pertama kita, dimana saat itu kita saling tebar senyum dengan sapaan assalamuaikum dan jawaban wa’alaikum salaam.
Fatimah             : Sungguh tiada ku lupa Ahsan.
Ahsan                : Fatimah, jika waktu itu engkau dapat membaca ucap kata hati-Ku, maka aku akan malu, dan jika engkau tak dapat membacanya, maka aku akan tersiksa.
Fatimah             : Kata apa itu Ahsan dalam hatimu?. Dengan cukup kaget Fatimah bertanya seraya menatap wajah Ahsan.
Ahsan                : Mata-ku saat pertama memandangmu telah membuat hatiku tergores oleh pedang tatapan matamu, dan saat itu pula aku merasa tak sanggup berbuat apa, selain terus-menerus senyum kepadamu, walaupun itu berdosa bagiku telah membohongi senyumku dan lebih-lebih telah membohongi-Mu.
Fatimah             : Sebenarnya apa inti ucap katamu itu Ahsan, Aku tak dapat memahaminya?
Ahsan                : Jiwaku tersentuh aura keindahan senyum-Mu, tutur kata-Mu, dan prilaku-Mu. Sehingga membuatku jatuh cinta pada-Mu yaa Fatimah.
Fatimah             : Awal-ku memandangmu, aura cinta dan perasaan itu tak mau pergi meninggalkan-Ku, membuat-Ku gelisah, membuat-Ku tersiksa, dan membuatku bingung dalam mencari jalan kebenaran perasaan-Ku. Dan apa yang engkau rasa itu Ahsan adalah bagian pecahan kebingungan yang Aku rasakan.
Ahsan                : Jadi, apa engkau mengerti tentang senyum-senyum kita?
Fatimah             : Ia Ahsan, saya mengerti.
Ahsan dan Fatimah akhirnya menjalin tali hubungan yang suci, hati ke hati sudah saling tahu. Sehingga hari-hari mereka sudah tak ada kebohongan dibalik senyum yang tersiksa diantara mereka. Namun saat itu pula hari-hari mereka selalu bersama, tugas kuliyah adalah tugas mereka berdua walaupun bukan bagiannya, bagian Fatimah adalah bagiannya Ahsan juga sebaliknya. Ketika mereka sedang bersama dan ketika itu pula suara adzan terdengar maka mereka saling mengajak untuk melaksankan sholat ke masjid berangkat bersama. Itulah hari-hari Ahsan dan Fatimah dalam kesehariannya.
Hari senin jam 19:00 Ahsan merasa ingin sekali bertemu dengan Fatimah, maka pada saat itu pula Ahsan menelfon Fatimah untuk bisa bertemu dengan senang hatu Fatimah mau atas ajakan Ahsan. Tepat dibawah pohon yang rindang penuh dengan suasana mesra dan malu mereka bertemu dan duduk bersama. Fatimah saya minta maaf sudah merepotkan-Mu mau atas ajakanku, ucap Ahsan. Tidak Ahsan, tiada kata yang membuat saya untuk menolak ajakan-Mu.
Ahsan                   : Fatimah, jika Aku boleh berucap kata, Aku melihat hati-Ku dalam hati-Mu.
Fatimah               : Ahsan, seberapa dalam kau melihatnya?
Ahsan                   : Aku tak dapat melihatnya Fatimah.
Fatimah               : Lantas kenapa Ahsan?
Ahsan                   : Karena terlalu dalam, sehingga membuatku tak dapat melihatnya.
Fatimah               : Ahsan, Aku akan mengenang kenangan malam ini. Walaupun suatu hari nanti Aku tak bersama-Mu.
Ahsan sangat bahagia mendengar nada-nada ucap kata dari Fatimah, sehingga ia mendekat kepada Fatimah dan mencium keningnya dengan bacaan Bismillahirrohmanirrohiim (dengan nada yang samar). Tatkala percakapan itu Fatimah meminta izin kepada Ahsan untuk pamit kembali ke kos dan juga meminta Ahsan kembali ke kontrakannya.
Ahsan dan Fatimah kini kembali ke tempat masing-masing, dengan ucapan assalamualaikum dan jawaban wa’alaikum salaam dari Fatimah tatkala mau berpisah dari pertemuan itu. Ahsan sangat bahagia bisa memiliki Fatimah dan juga sebaliknya.
Ketika Fatimah hendak tidur ia tak lupa menyalakan alarm agar dapat melaksanakan sholat tahajjud, tepat jam 01:30 alarm Fatimah berbunyi sehingga membuat Fatimah terbangun, namun sebelum Fatimah hendak pergi ke kamar mendi untuk berwudlu’ ia tak lupa untuk membangunkan Ahsan dengan menelfonnya agar juga bisa melaksanakan sholat tahajjud bersama.
Ahsan terbangun ketika hanphonnya berbunyi dan ketika ia lihat ternyata Fatimah yang menelfonnya, saat itu pula Ahsan menjawab telfon Fatimah dengan ucapan wa’alaikum salaam yaa Fatimah, karena Fatimah tak pernah lepas dari salam, entah itu bertemu dengan Ahsan dan juga orang disekitarnya ataupun juga di telefon.
Setelah Fatimah menelfon Ahsan, Ahsan-pun bangun dan mereka berdua melaksanakan sholat tahajjud. Se-usai sholat tahajjud Ahsan mengambil al-Quran dan membacanya, setelah itu ia berdoa “Yaa Allah, kuatkanlah iman hamba, ampunilah dosa hamba dan kedua orang tua hamba, limpahkanlah goresan cahayamu kepadaku lewat ilmu-ilmu-Mu.
Fatimah-pun demikian tatkala selesai melaksanakan sholat tahajjud ia-pun juga berdoa “Yaa Allah, kuatkan iman hamba, tambahkanlah iman hamba kepadamu, jagalah hambamu ini dari perbuatan maksiat agar cahaya-Mu tetap mengalir dijiwaku lewat ilmu-ilmu-Mu yang Ku pelajari.
Setelah Ahsan dan Fatimah selesai melaksanakan ibadahnya ia-pun kembali ketempat tidurnya masing-masing, karena besok masih ada panggilan Tuhan untuk melaksanakan sholat subuh.
Suara qori’ sudah berbunyi sebelum adzan subuh dikumandangkan Fatimah sudah bangun dan ia tak pernah lupa untuk mengajak Ahsan untuk beribadah, karena tempat Ahsan dan Fatimah tidak terlalu jauh maka ia bersama-sama pergi kemasjid untuk melaksanakan sholat subuh berjama’ah bersama.
Menuju pelaminan bahagia
            Ahsan dan Fatimah adalah mahasiswa kampus biru yang sama-sama mendaftar kuliyah pada tahun yang sama maka lulus-pun bersama. Ketika semester mereka sudah menginjak pada semester terakhir, maka saatnya sudah untuk menggarap skripsi, dan setelah itu pula mereka melaksanakan wisuda bersama.
Disaat wisuda telah selesai dan mereka berdua dinyatakan lulus dari kampus biru tak lepas niat Ahsan yang dulu ketika menjalin hubungan saat masa-masa dimana keduanya masih menjadi mahasiswa. Ahsan ingin melamar Fatimah untuk menjadi istri dan menjadi ibu dari anak-anaknya.
Ketika tekat bulat Ahsan ingin melamar Fatimah, ia tetap tidak lupa untuk ikhtiar berdoa kepada Allah dengan melaksanakan sholat istikhoroh, karena sholat istikhoroh adalah jalan yang tepat untuk menentukan pilihannya dalam menata hidup berumah tangga yang akan ia hadapi kedepan. Setelah tiga hari ia melaksanakan sholat istikhoroh, dalam tidur nyenyak Ahsan yang dalam keadaan berwudlu’ ia memimpi burung yang berwajah Fatimah tergenggam oleh tangan kanannya.
Keesokan paginya Ahsan segera menemui Fatimah dimana sudah ada janji diantara mereka untuk bertemu, ketika mereka berdua sudah duduk diatas kursi khusus untuk dua orang, maka saat itu pula Ahsan mengutarakan niatnya.
Ahsan              : Fatimah, sudah lama kita terikat oleh janji kita, sudah lama pula kita menjalin hubungan diam-diam ini, sudikah kiranya jika aku melamarmu untuk menjadi milik-Ku selamanya.
Fatimah           : Dengan hati yang penuh keikhlasan saya bersedia dialamar-Mu yaa Ahsan.
Saat mendengar ucapan itu Ahsan segera meminta izin untuk memberitahu kepada kedua orang tuanya. Sesampainya dirumah Ahsan meminta ibu dan bapaknya untuk berbicara.
Ahsan              : Ibu, Bapak, saya ingin meminta restu kepada njenengan agar diperkenankan saya bisa memiliki seorang wanita yang akan menjadi istri saya, dan meminta kepada bapak dan ibu agar melamarkan Fatimah kepada orang tuanya.
Bapak              : Naaak, bapak sangat setuju dan akan merestui jika pilihanmu itu sudah sesuai dengan ajaran Islam, dan itu sudah menjadi pilihan terbaikmu.
Ibu                   : Ibu juga setuju naak, jika apa yang dibilang oleh bapakmu memang benar-benar begitu kenyataannya.
Mendengar ucapan kedua orang tuanya Ahsan tanpa pikir panjang langsung melakukan sujud syukur atas kebahagiaan yang diberikan oleh Allah kepadanya dan Ahsan langsung menciumi kaki kedua orang tuanya.
Hari rabu tepat jam 19:00 Ahsan dan keluarganya pergi kerumah Fatimah, sesampainya disana kedua orang tua Ahsan mengutarakan niat silaturrahminya dan juga mengutarakan niat Ahsan untuk melamar Fatimah dan akan menihanya.
Ayah dan ibu Fatimah             : bagaimana naak, kamu siap dilamar?
Fatimah                                    : Fatimah siap ayah, ibu, jika ibu merestui hubungan kami (dengan menundak Fatimah berucap kata).
Hasan dan Fatimah kini merasakan bahagia sekali karena sudah hubungan mereka direstui oleh kedua orang tua masing-masing. Tepat hari kamis tanggal 17 Oktober 2011 mereka melaksanak akad pernikahan dimasjid Ulul Albab Surabaya.
Setelah satu tahun setengah mereka dikarunia dua anak kembar, mereka member nama Hasan dan Husein. Hasan adalah kakak Husein dan Husein adalah adik Hasan. Namun setelah Hasan dan Husein berumus 15 tahun, Ahsan dan Fatimah dikarunia anak kembar lagi akan tetapi kali ini sudah perempuan yang mereka beri nama Husna dan Husni. Husna adalah kakak Husni dan Husni adalah adik Husna. Keluarga Ahsan dan Fatimah sangat mawaddah warahmah.


by: Orang Kamar
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar