Minggu, 06 April 2014

Kehendak Tuhan



Apakah prilaku manusia itu ditentukan oleh Allah atau dari manusia itu sendiri yang menentukan?
Terkadang saya berfikir bahwa agama islam ini sangat konservatif terhadap kebebasan berfikir atau agama islam ini bukan agama yang sempurna. Akan tetapi ini hanya akal fikiran saya saja yang agak nyeleneh, yang menginginkan tentang kebebasan dalam berfikir tanpa adanya rasa khawatir akan dimurka oleh tuhan. Dan hanya karna akidah yang telah ditanamkan dalam hati sejak saya kecil oleh orang tua sehingga saya percaya bahwa eksistensi dan adanya tuhan dan hadist atau Al-qur’an adalah pijakan bagi orang islam serta nabi Muhammad adalah utusan Allah yang terahir, maka pada kesimpulan yang final saya tetap berkeyakinan bahwa agama islam adalah agama paling sempurna.
Menurut saya prilaku manusia telah ditentukan oleh dirinya sendiri alias tidak ada intervensi dari tuhan bagi manusia untuk berbuat sesuatu. Manusia sebagai mahluk tuhan yang dianugrahi akal untuk berfikir memaksa saya untuk mempertanyakan adakah segala sesuatu yang inheren pada diri tuhan bernilai negatif?. Jika segala prilaku manusia ditentukan oleh Allah mengapa masih ada konflik vertikal dan horizontal yang tiada habisnya dan mayoritas terjadinya konflik tersebut dilatar belakangi oleh agama. Bukankah segala sesuatu yang inheren pada tuhan itu bernilai positif?.
Jika sikap atau perintah yang tuhan miliki bernilai negatif maka dia bukan tuhan yang katanya maha sempurna dan Asmaul husna pun bohong yang menegaskan tentang nama-nama tuhan yang semuanya baik. Lantas Mengapa masih banyak prilaku manusia yang tidak sejalan dengan syariat Allah, apabila segala prilaku manusia dikendalikan oleh tuhan mengapa tuhan tidak meyetir manusia untuk selalu berprilaku baik dan bijaksana agar semua manusia yakin bahwa tuhanlah yang mengendalikan mereka semua.
Kalau saya ambil contoh kongkrit yang terjadi selama ini, ketika musibah dan bencana datang, manusia ingat tuhan. Tiba-tiba seluruh persepsi dan pemikiran mengacu pada semangat ketuhanan. Segalanya lalu dikaitkan dengan tuhan “ini pasti huukuman dari tuhan, ternnyata tuhan masih sayang pada kita dan tuhan mengingatkan kita melalui bencana ini”, Pernyataan ini yang acapkali keluar dari omongan masyarakat sehingga kesannya, tuhan terasa sangat dekat dengan manusia.
Padahal dalam kontek ini tuhan bagaikan tertuduh atau menjadi kambing hitam, pembuat bencana dan sebagai penghukum. tuhan telah menjadi sosok yang menakutkan dan selalu siap menyusahkan manusia. Saya pribadi tidak sepakat dengan argumen yang demikian bahwa pada dasarnya bencana alam yang terjadi murni dari tangan-tangan manusia yang tidak bertanggung jawab. Mereka tidak menyadari tentang penebangan pohon sehingga hutan gundul dan memicu bencana banjir. Manusia tidak ingat bagaimana mereka mengeksploitasi tanpa mempertimbangkan kepentingan ekosistim.
Sangat irasional kalau kita mengatakan bahwa bencana turun dari Tuhan kitalah yang mendatangkan banjir ketika penebangan pohon tidak terkendali, kitalah yang mendatangkan tanah longsor ketika bumi kita diperas secara berlebihan. Apakah semua prilaku manusia ini dikendalikan oleh tuhan? Sangat tidak mungkin itu terjadi karena tuhan pun memerintah manusia untuk tidak merusak apa-apa yang telah ada di bumi melalui Al-qur’an. Jadi, kalau prilaku munusia dikendalikan oleh Allah secara tidak langsung dia telah ingkar janji.

Oleh : Rahmad Sholehuddin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar