Minggu, 06 April 2014

Derasnya Air Mata Natasya Berbuah Kebahagiaan

Bagian Pertama
Siapa yang bisa hidup tanpa cinta? adakah manusia yang tidak merasakan gelisah karena ditinggalkan cinta? adakah manusia yang diciptakan tanpa cinta? dengan kuasa Tuhan manusia tercipta atas kasih dan sayangnya, dan dengan begitu bahwa Tuhan menciptakan manusia juag disertai dengan cinta.
Matahari kini mulai menghilang sedikit demi sedikit dengan mempersilahkan malam untuk datang, dan bagaimana kiranya jika air mata Natasya mengalir karena ditinggal pergi oleh cinta saat menerima telefon dari ayahnya, jikalau ia tadi malam telah dilamar oleh seorang saudagar muda bernama Samuel yang tak lain adalah tetangganya sendiri.
Mata yang berkaca-kaca seraya akan mengalir dengan deras saat Natasya mengingat pembicaraan ayahnya ditelfon. “Demi ayah, dengan sangat ayah memina kepadamu nak! Bahagiakan ayah dengan kamu menerima lamaran itu nak! Ayah kini sudah tua dan mungkin sebentar lagi akan menjadi renta karena faktor usia. Ayah sudah tak kuat lagi bekerja, dengan kamu menerima lamaran itu kamu akan bisa melanjutkan kuliyahmu nak!... Percakapannya ditelfon dengan ayahnya”. Tiba-tiba Wardah sahabat Natasya datang menghampirinya.
“Natasya kamu kenapa menangis, apa ada seseorang yang menyakitimu?. Tanya Wardah seraya menghampiri Natasya dan memegang tangannya.
Ah, tidak Wardah, aku tidak apa-apa. Sahut Natasya dengan tersedu-sedu menahan sesak tangisnya.
“Jangan berbohong dalam keadaan seperti ini Natasya, aku sudah lama bersamamu jadi aku tahu karakteristikmu walaupun hanya 80%. Ceritakanlah desak tangisanmu, mungkin aku bisa membantunya jika mampu. Gumam Wardah dengan nada rendah dan kedua tangannya memegang pundak Natasya.
“Mungkin harapan dan perjuanganku sudah sampai disini atau melanjutkan dengan penuh siksa dan bahagia. Harus kepada siapa aku mengadu saat-saat hati terlanda gundah gulana seperti ini. Dengan menunduk Natasya menceritakan permasalahannya pada Wardah.
Malam itu sudah tak menjadi suasana indah lagi untuk Natasya, melamun, mengingat semua itu membuatnya terbaring dengan bantal yang basah karena aliran deras air matanya. Mata sudah tak dapat merayunya menuju tidur lelap yang akan mengantarkannya pada mimpi-mimpi indah.
“Mungkin kematian adalah jalan terbaik bagi manusia yang dirundung banyak permasalahan. Ucap Natasya dalam hatinya. Seraya Natasya sudah tak sanggup lagi untuk menjalani hidupnya.
..............................
Jam menunjukkan setengah dua, Natasya ingat kalau ia masih belum sholat isya’, dengan bergegas ia kekamar mandi untuk berwudlu dan dengan mengahapus air matanya yang masih mengalir mencoba untuk menahan.
Seusai berwudlu dia berdiri bagai patung, namun hatinya berucap “mungkin ini adalah terakhir kali aku melaksanakan sholat isya”. Natasya sangat berniat untuk mengakhiri hidupnya malam itu.
Dengan khusyu’ ia melaksanakan sholat isya’, sesudah itu ia memutar-mutar tasbihnya melantunkan istigfar dan sholawat taisir. Astagfirullahal adlim, Allahumma sholli a’la sayyidina muhammadin wa’ala ali sayyidina muhammad sahhil wayassir maa ta’assaro. Dengan harapan dalam hatinya mendapatkan ampunan Allah atas perbuatan yang akan ia lakukan sebentar lagi yaitu bunuh diri dan mendapatkan kemudahan dengan tenang dalam mengakhiri hidupnya.
Seusai wiridan, Natasya melihat al-Quran diatas lemari kecilnya, “mungkin ini juga terakhir dah aku baca al-Quran”. Gumam hati Natasya. Tanpa pikir panjang ia membuka al-Quran tersebut dan ternyata yang dibuka dan dibacanya adalah surat al-Waqi’ah. Tanpa sadar ia membaca surat apa, dengan penuh kekhusyukan ia membacanya.
Dengan penuh kekhusyukan Natasya membacanya juga dengan pelan-pelan agar bisa menghayati makna dan kandungannya, ternyata jam sudah menujukkan setengah empat (03:30), dan tiba-tiba terdengar adzan subuh. Natasya tidak sadar kalau ia sampai selama ini ditempat sholat, membuatnya berkata “mungkin ini sholat subuh yang terakhir kali juga dah”, bergegaslah Natasya berdiri untuk melaksanakan sholat subuh. Seusai salam tiba-tiba ada suara orang yang menelefonnya. Dengan bergegas ia mengahampiri dan mengambil ponselnya tanpa melihat siapa yang memanggilnya. “Assalamualaikum Nak Natasya?
“Wa’alaikum salam, siapa? jawab Natasya.
“ini saya nak, Bapak-mu nak!.
“Bapak, ada bapak subuh-subuh telefon Natasya Bapak? Ucap Natasya dengan kaget.
“Bapak minta maaf sebelumnya padamu nak, bapak yakin kamu pasti merasakan sedih sekali dengan adanya berita bahwa kamu dilamar oleh saudagar muda bernama Samuel itu. Dengan terisak-isak suara bapaknya Natasya ditelefon.
“memangnya ada apa bapaak? tanya Natasya.
“ternyata saudagar muda yang melamarmu itu adalah orang yang termasuk komplotan pengedar sabu-sabu, dan tadi malam polisi menangkap dan membawanya, dengan begitu bapak sudah tidak bisa menerimanya atau menolaknya untuk menjadi tunanganmu. Dan Alhamdulillah sekali nak, tadi selesai sholat berjama’ah subuh, bapak ditawari Pak Hermanto untuk menjaga tokonya. dimana penghasilannya bisa diparuh, dan tokonya lumayan besar jadi bapak mohon padamu lanjutkan kuliyahmu dan belajarlah terus yang serius. Jangan pikirkan biaya, pasti ada jalan. Dengan nada bahagia bapaknya Natasya menyampaikan berita itu.
“Alhamdulillah yaa Allah ..... Ucap Natasya, tanpa pikir panjang ia langsung sujud syukur.
“baiklah kalau begitu nak, sudah dulu yaa... Assalamualaikum...
“Wa’alaikum salam bapak... ucap Natasya dengan senyum-senyum.
Natasya mungkin sudah lupa dengan niatnya ingin mengakhiri hidupnya. Padahal racun tikus sudah ia siapkan disamping sajadahnya agar selesai sholat ia bisa langsung meminumnya. Kini hatinya sudah berbunga-bunga yang tiada tandingannya..
...............
Oleh : Orang Kamar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar