Jumat, 01 Mei 2015

Mau kemana dan mau apa?



Saya kira tidak perlu dan harus ada yang namanya kesimpulan. Karena setiap kesimpulan akan selalu dihadapkan dengan pertentangan-pertentangan.
Hidup ini memang harus dijalani. Namun kita harus mempunyai arah dan tujuannya. Mau kemana dan mau apa menjadi pertanyaan dalam drama eksistensial manusia itu sendiri. Sehingga, perlombaan untuk menetaskan jawaban “mau kemana dan mau apa?” menjadi sangat sengit baik dalam diri manusia itu sendiri dan manusia dengan manusia.
Mau kemana dan mau apa merupakan suatu pertanyaan yang harus dijawab. Karena manusia adalah sosok yang selalu haus akan sebuah jawaban dan kepastian. Dan inilah yang mengantarkannya pada sikap saling membangun suatu gerakan dan kekuatan dalam setiap bangunan konsepnya. Walaupun sebuah jawaban yang selalu di dambakan dan diharapkan tidak pernah ada dalam kondisi final dan mutlak, melainkan atau dalam kondisi kesementaraan (sebagai pegangan). Sehingga hidup manusia selalu diwarnai oleh tinta pertentangan-pertentangan. Baik dari dan untuk dirinya sendiri atau pun dengan orang lain.
Mau kemana dan mau apa? Tak sesederhana kita mampu menjawabnya. Bunuh diri adalah perkara pertama yang dialami oleh manusia. Artinya, posisi bunuh diri ini merupakan bunuh diri atas konsep yang dibangun oleh nalar sebagai tesis awal dan dihancurkan tesis yang dibangun selanjutnya atau kita mengenalnya dengan anti-tesis. Hal ini sangat wajar terjadi. Karena sudah menjadi bagian dari hidup manusia itu sendiri.
Kewajaran ini akahirnya menjadi hal yang tidak wajar. Mengapa? Karena semakin manusia mempersoalkan realitas baik eksistensinya sendiri atau realitas secara umum akan menjadi bagian hidupnya dalam posisi kecemasan dan kegelisahan sebuah eksistensi.
Kecemasan dan kegelisahan sebuah eksistensi adalah semacam siksaan dari pertanyaan “mau kemana dan mau apa?”. Dalam arti lain dapat dinayatakan demikian, kegelisahan dan kecemasan yang dialami oleh manusia adalah posisinya yang mencoba memahami (Verstehen) realitas yang penuh dengan misteri dan kekaburan.
Menyingkap dan menguliti serta menyoal realitas adalah bahwa realitas itu perlu untuk diterangi.
“Mau kemana dan mau apa?” adalah pertanyaan dimana manusia perlu untuk menjawabnya. Baik dari dirinya sendiri atau dari sumbangsih orang lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar