Selasa, 21 April 2015

Apa yang menjebak kita dalam memahami realitas?

Hal paling mendasar dan menghasilkan sesuatu yang besar adalah akal. Tidak menutup kemungkinan manusia mengamininya. Karena manusia adalah makhluk yang tidak pernah pensiun dalam berpikir. Ia selalu berada dalam kondisi “proses untuk menjadi”. Ali Syari’ati mengatakan bahwa manusia adalah makhluk yang tidak pernah usai (A. Kadir Riyadi: 2014).
Ketidak usaian manusia dalam hidupnya juga menjadi sejarahnya. Atau manusia adalah makhluk yang membuat sejarahnya sendiri. Semakin hari manusia semakin rasional, dan semakin rasional manusia semakin terjebak di dalam jejaring kerasionalannya. Mengapa? Jelas, manusia adalah makhluk yang selalu memburu makna realitas. Realitas yang ia pahami selalu berada dalam kondisi berubah-ubah. Sehingga pemahaman terhadap realitas akan juga mengalami perubahan yang tidak pernah final.
Dari sedikit penjelasan diatas kita akan mencoba memahami apa sebenarnya yang menjebak kita dalam memahami (Verstehen) realitas? Sederhana sebenarnya untuk menemukan jawaban dari pertanyaan ini yaitu akal kitalah yang menjebaknya. Mengapa?
1.      Bagi manusia yang aktif berpikir dialektis, maka dia akan selalu memburu makna yang terkandung pada realitas itu sendiri.
2.      Dunia ini tidak mungkin bermakna jika kita tidak memberikannya makna dengan jalan olah akal kita.
3.      Fenomena tidak akan dapat dipahami jika tidak dengan jalan interpretasi.
Lanjut, dimana keterjebakan kita sebenarnya? Keterjebakan kita sebenarnya adalah pada hasil interpretasi itu sendiri. Hasil dari definisi itu sendiri. Hasil dari pemaknaan itu sendiri. Hasil dari kesibukan kita dalam memahami realitas itu sendiri. Lantas adakah jalan pembebasannya?
Jalan pembebasannya adalah mencoba keluar dari setiap definisi yang kita hasilkan terus dan terus melakukan gerakan untuk keluar, atau jalan ini disebut dengan model berpikir dialektik.
Mari kita lakukan pembunuhan atas pikiran kita dengan pikiran kita sendiri

Tidak ada komentar:

Posting Komentar