Dengan
keterbatasan alami manusia, kita sadar bahwa ilmu pengetahuan bukan
segala-galanya; ia hanya serpihan-serpihan kecil dan memang ilmu pengetahuan
tidak pernah lengkap. Yang bisa kita lakukan adalah merangkai serpihan yang
terserak aebagai tambahan untuk membuat mereka menjadi satu kessatuan sebagai
sebuah sistem.
Cukup
dikatakan bahwa umat manusia hingga detik ini, sebagian besarnya adalah
peribadatan terhadap berhala, mulai dari berhala primitive yang terbuat dari
tanah liat dan kayu hingga berhala modern berupa Negara, pemimpin, produksi dan
konsumsi yang dikuduskan layaknya Tuhan.
Manusia
bisa menantang Tuhan, sebagaimana Tuhan bisa menentang manusia, karena diatas
keduanya ada prinsip dan norma. Seperti akan kita lihat, semakin manusia terbuka,
akan semakin membebaskan dirinya dari keunggulan Tuhan, dan dia semakin menjadi
Tuhan. Kekuasaan mutlak Tuhan di imbangi ole ide bahwa manusia adalah saingan
tuhan yang potential.
Manusia
bisa menjadi Tuhan hanya jika dia bisa makan dari pohon pengetahuan dan buah
dari pohon kehidupan.
Ø Buah
dari pohon pengetahuan memberi
manusia kebijaksanaan Tuhan.
Ø Buah
dari pohon kehidupan bisa memberi kekekalan.
Ketika
Maimonides mendiskusikan konsep ketuhanan kepada orang yang tidak berpikiran
sederhana, dia menyimpulkan bahwa “anda harus memahami bahwa tuhan tidak
mempunyai sifat pokok dalam bentuk apapun atau dalam rasa apapun, dan penolakan
pada kemiripan menyebabkan bahwa Tuhan adalah satu.
Untuk
mengetahui apa itu Tuhan kita harus tahu dulu apa saja yang bukan Tuhan. Tuhan,
sebagai nilai dan tujuan terluhur, bukanlah manusia, Negara, lembaga dan alam.
Pengakuan “mencintai Tuhan”, “mengikuti Tuhan” dan “saya ingin menjadi seperti
Tuhan”- merupakan arti dari “tidak mencintai, mengikuti atau meniru berhala”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar