Sabtu, 27 September 2014

Benarkah Tuhan Jujur ?




Benarkah ada yang tidak kita ketahui tentang manipulasi yang diperbuat oleh Tuhan? Saya kira ada, jika kita mengkaji tentang turunnya para wahyu-wahyu yang turun dengan latar belang atau melihat konteks masyarakat. Dimana wahyu adalah ajaran tuhan yang sesuai dengan kondisi siapa yang akan mengenyamnya. Begitulah bagi ia yang mengimaninya. Jika memang begitu, apakah wahyu cocok dengan realita dimana wahyu itu tidak turun diluar konteks wahyu itu diturunkan. Contohnya, wahyu turun di Amerika, otomatis jika mengacu pada penjelasan diatas apakah wahyu yang turun di amerika itu cocok dengan konteks yang ada di Australia? Pastinya butuh interpretasi yang sangat mendalam. Dan jika wahyu itu dikontekskan kepada kondisi sosial dimana wahyu itu tidak turun disana, bukankah ini suatu pemaksaan atas wahyu terhadap realita yang ada. Memang, Emile Durkheim pernah menegaskan bahwa suatu masyarakat tidak akan dapat lepas dari ajaran-ajaran yang terkandung dalam agama, walaupun suatu masyarakat itu tidak memeluk suatu agama. Pernyataan Emile Durkheim itu riel, akan tetapi tidak semua tindakan masyarakat itu seiring dengan agama. Lantas dimana letak ketidakjujuran tuhan terhadap manusia?
Tipologi yang sangat mendasar adalah suatu gambaran tentang surga. Surge telah dikatakan indah yang tiada tandingannya. Betulkah begitu? Jika ia, pembuktian apa kiranya yang dapat dicerna sehingga kata indah pada surge benar-benar objektif. Namun, kenyataannya tidak ada, tidak ada yang merasakan bahwa surge itu adalah riil keberadaannya dan indah sekali keberadaannya. Kita tahu, surga yang diinfomakan kepada manusia dengan berstempel indah bukankah ini sebuah pancingan yang diupayakan tuhan agar manusia mau terhdap perintah-perintah yang telah diturunkan. Juga, yang tidak dapat dilepaskan atau antonym dari surga adalah neraka. Diamana berita tentangnya adalah tempat yang penuh dengan siksa dan derita. Apakah dalam otak manusia tidak pernah terpikirkan kalau ini juga upaya tuhan agar manusia tertarik dengan ajarannya. Tipologi kedua ketidak jujuran tuhan terhadap manusia adalah tentang kabar bagus, indah, penuh nikmat itu dikabarkan kepada suatu masyarakat dimana notabene masyarakat itu tidak memiliki apa-apa yang telah diberitakan tersebut.

“Siapa yang bingung, dia yang berpikir. Siapa yang menerima tanpa bingung, dia terkunci akalnya”
11 Agustus 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar